Predikat Negara berkembang sepertinya akan lama
terlepas dari Indonesia. Dengan umur yang sudah matang, Indonesia seharusnya
lebih maju dari sekedar Negara berkembang. Namun berbagai persoalan kebangsaan
melanda negeri Indonesia. Persoalan bangsa banyak yang terbengkalai dan belum
terselesaikan, masih muncul persoalan lainnya.
Elit politik banyak yang sudah tidak dapat dijadikan
teladan, mereka seperti menjadikan korupsi sebagai budaya baru. Jual beli peraturan untuk keuntungan pribadi merupakan
realita yang sudah jelas dan tak terbantahkan.
Para pemimpin negeri dan Elit yang kita pilih terlalu
sibuk membesarkan diri dan partai pengusungnya. Partai politik memang menjadi
jalan bagi seorang yang bercita-cita untuk memimpin negeri ini. Namun kosentrasi
elit politik dalam melaksanakan visi misi bangsa akan terpecah oleh visi misi PARPOLnya.
Alih-alih bekerjasama mencari jalan keluar untuk persoalan Negara, malah mereka
saling menjatuhkan.
Ketidak percayaan kepada pemimpi ditengah hiruk
pikuknya persoalan kebangsaan, terus mencuat dalam masyarakat. Demostrasi dan
Kritikan melalui berbagai cara dilakukan untuk sekedar menasehati para Elit
pengelola Negara.
Seorang Comic bernama Abdur (alumni Suci 4 Kompas TV)
juga mencurahkan keprihatinan dirinya terhadap Negeri Indonesia, berikut Sajak
dari Abdur yang mengibaratkan Indonesia itu Seperti Kapal Tua.
Indonesia
itu Seperti Kapal Tua
Oleh
Abdur
Jaya
Indonesia!!
Sebagai
anak Nelayan dari Lamakera, saya melihat Indonesia itu seperti Kapal Tua, yang
berlayar tak tahu arah
Arahnya
ada, hanya Nahkoda kita yang tidak bisa membaca
Mungkin
dia bisa membaca tapi tertutup hasrat membabi buta
Hasrat
hidupi keluarga, saudara, kolega, dan mungkin istri muda
Indonesia
itu memang seperti Kapal Tua dengan penumpang berbagai rupa
Ada
dari Sumatera, Jawa, Madura, Sumbawa hingga Papua
Bersatu
dalam Nusantara
Enam
kali sudah kita ganti Nahkoda tapi masih jauh dari kata sejahtera
Dari
dulu kawan, dari teriakkan kata “Merdeka” sampai sekarang “Folback dong
kakakkkk”
Nahkoda
pertama, Sang Proklamator bersama Hatta
Membangun
dengan semangat Pancasila dan terkenal di kalangan wanita,
Ia
pernah berkata mampu guncangkan dunia dengan sepuluh pemuda,
(Tapi
itukan kurang satu untuk tim sepak bola? Kalo begini kapan baru kita ikut Piala
Dunia?)
Nahkoda
kedua, 32 tahun berkuasa,
Datang
dengan program bernama PELITA.
Bapak
Pembangunan bagi mereka, bagi saya, tidak ada bedanya. Tidak ada!!!
Penumpang
bersuara berakhir di penjara atau hilang di lautan tanpa berita.
(Beda
dengan Dodit Mulyanto, hanya modal Biola saja, terkenal di Indonesia.)
Nahkoda
ketiga, sang wakil yang naik tahta
Mewarisi
pecah belahnya masa Orba.
Belum
sempat menjelajah Samudera, ia terhenti di tahun pertama.
Dibanggakan
di Eropa, dipermainkan di Indonesia.
Jerman
dapat ilmunya. Kita dapat apa?
Antrian
panjang nonton filmnya.
Nahkoda
selanjutnya
Sang
Kyai dengan hati terbuka
Ia
terhenti dalam sidang Istimewa ketika tokoh-tokoh reformasi berebut Istana
(“Potong
Bebek saja.... Gitu aja kok repot!” kata Gusdur featuring Ursula)
Nahkoda
kelima
Nahkoda
pertama seorang wanita
Dari
tangan ibunya, Bendera Pusaka tercipta
Kata
bapaknya, “Berikan aku sepuluh pemuda” tapi apa daya
Itu
di luar kemampuan ibu beranak tiga
Kalau
mau sepuluh pemuda, ambil saja dari followers Raditya Dika
(Cemunguuudhh
eaa kakaaaaa)
Nahkoda
ke enam bagian A. Kenapa bagian A? Sengaja, biar tetap pada rima “A”
Dua
Pemilu mengungguli perolehan suara
Dua
kali disumpah atas nama Garuda
Tapi
itu hanya awal cerita
Cerita
panjangnya terpampang di banyak media
Lapindo,
Munir, Century, Hambalang, kami menolak lupa!!!!
Kini
ia telah hadir di sosial media, mungkin bermaksud mengalahkan Raditya Dika.
Setelah
empat album yang entah seperti apa, mungkin dia akan membuat film
"Malam
Minggu Istana"
2014
kini telah tiba. Saatnya kita kembali memilih Nahkoda.
Pastikan
dia yang mengerti Bhinneka Tunggal Ika, bukan Boneka Milik Amerika.
Dia
yang mengerti suara kita, suara kalau Indonesia Bisa!
Bukan
suara “aitakata”, “ea ea”, atau “folbckk dong kakaaakk”
Inilah
cerita Kapal Tua kita.
(Ada
yang tidak percaya? Sudah kalian percaya saja...!!)
Ilustrasi Gambar: KRI Dewa Ruci sumber Wikipedia
Jika sajak ini dilanjutkan untuk Pemimpin Indonesia
yang ke Tujuh, kira-kira akan seperti apa kelanjutan syairnya..???
0 Response to "Negara Indonesia Itu Seperti Kapal Tua - Sebuah Sajak Keprihatinan terhadap Indonesia dari Abdur ( Comic Indonesia )"
Post a Comment
Silahkan berkomentar, dilarang Spam