Sebuah keadaan dimana kita mampu
berubah itu yang aku tahu dari apa yang disebut titik balik. Meskipun perubahan
itu tidak menjanjikan suatu keadaan yang lebih baik, bisa saja keadaan itu
justru lebih buruk. Akan tetapi yang aku harapkan dari sebuah titik balik
adalah perubahan kebaikan.
Kita sendiri tidak bisa merencanakan untuk menemukan titik balik tersebut. Berbeda dengan tekad atau keinginan, kita bisa dengan sadar merencanakan dan melakukan hingga berubah, atau sekedar merencanakan tanpa tindakan sama sekali. Titik balik tidak dapat kita prediksi kemunculannya. Ia hadir bersamaan dengan episode hidup yang kadang menyebalkan (menurut kita), kadang ia juga datang bersamaan dengan segaris keberlimpahan dalam hidup kita. Keberlimpahan otomatis menggiring kita pada sebuah titik balik berupa bertambahnya energi kesyukuran. Jika dalam keadaan itu kita masih belum bisa menemukan titik balik heemmm harus dipertanyakan “lagi melancong kemana tuh hatinya? Jangan-jangan tanpa sadar telah berubah jadi batu dan lumutan”. Tetapi, titik balik bisa kita temukan ketika keadaan kita berada pada titik nadir, seberat-beratnya hidup, setragis-tragisnya keadaan, atau sekecewa-kecewanya perasaan . keadaan yang semula kita hujat,kita keluhkan, kita salahkan dan duerrr jika kita masih punya hati, iman dan Tuhan kita bisa menggandeng titik balik. Ia mampu memutarkan otak dan hati kita. Nah cara kerjanya bagaimana?
Contohnya jika kita berada dalam keadaan yang membelesakkan seluruh hidup kita.
Kebosanan yang berlapis-lapis dengan keadaan yang tidak seiring dengan mimpi kita, membuat kita menganggap hal itu menjadi musuh yang harus di bunuh. Cara membunuhnya bukan dengan pedang, bukan dengan parang dan bukan hanya ditendang, tapi mindset kita yang akan berubah ( tentu saja menjadi lebih baik dari mindset sekarang). Disini titik balik kita temukan.
Titik balik menghampiri kita dengan introspeksi diri, ada yang menyebutnya muhasabah, evaluasi atau apapun namanya. Tentu saja muhasabah selalu menggiring pemiliknya untuk berbuat lebih baik lagi.
Terlepas dari bagaimana hidup kita sekarang, titik balik bisa kita temukan tanpa kita sengaja kita janjian. Karena bagaimanapun hidup kita sekarang tidak sehelaipun yang terjadi tanpa sepengetahuan Tuhan. Selaras dengan QS. Al- Baqarah : 216
“boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
( Mbak Sri Maskutir)
Kita sendiri tidak bisa merencanakan untuk menemukan titik balik tersebut. Berbeda dengan tekad atau keinginan, kita bisa dengan sadar merencanakan dan melakukan hingga berubah, atau sekedar merencanakan tanpa tindakan sama sekali. Titik balik tidak dapat kita prediksi kemunculannya. Ia hadir bersamaan dengan episode hidup yang kadang menyebalkan (menurut kita), kadang ia juga datang bersamaan dengan segaris keberlimpahan dalam hidup kita. Keberlimpahan otomatis menggiring kita pada sebuah titik balik berupa bertambahnya energi kesyukuran. Jika dalam keadaan itu kita masih belum bisa menemukan titik balik heemmm harus dipertanyakan “lagi melancong kemana tuh hatinya? Jangan-jangan tanpa sadar telah berubah jadi batu dan lumutan”. Tetapi, titik balik bisa kita temukan ketika keadaan kita berada pada titik nadir, seberat-beratnya hidup, setragis-tragisnya keadaan, atau sekecewa-kecewanya perasaan . keadaan yang semula kita hujat,kita keluhkan, kita salahkan dan duerrr jika kita masih punya hati, iman dan Tuhan kita bisa menggandeng titik balik. Ia mampu memutarkan otak dan hati kita. Nah cara kerjanya bagaimana?
Contohnya jika kita berada dalam keadaan yang membelesakkan seluruh hidup kita.
Kebosanan yang berlapis-lapis dengan keadaan yang tidak seiring dengan mimpi kita, membuat kita menganggap hal itu menjadi musuh yang harus di bunuh. Cara membunuhnya bukan dengan pedang, bukan dengan parang dan bukan hanya ditendang, tapi mindset kita yang akan berubah ( tentu saja menjadi lebih baik dari mindset sekarang). Disini titik balik kita temukan.
Titik balik menghampiri kita dengan introspeksi diri, ada yang menyebutnya muhasabah, evaluasi atau apapun namanya. Tentu saja muhasabah selalu menggiring pemiliknya untuk berbuat lebih baik lagi.
Terlepas dari bagaimana hidup kita sekarang, titik balik bisa kita temukan tanpa kita sengaja kita janjian. Karena bagaimanapun hidup kita sekarang tidak sehelaipun yang terjadi tanpa sepengetahuan Tuhan. Selaras dengan QS. Al- Baqarah : 216
“boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
( Mbak Sri Maskutir)
0 Response to "TITIK BALIK KEHIDUPAN"
Post a Comment
Silahkan berkomentar, dilarang Spam