Kehidupan yang penuh dengan tantangan ini membuat manusia yang sosial itu beranjak menjadi individual, padahal dalam ke-individualan ini manusia masih sangat membutuhkan manusia lain, jadi manusia sejenis ini adalah makluk yang individualis sosialis. persis seperti sistem ekonomi ataupun pemerintahan kita, setengah-setengah.
Pekerjaan yang pada dasarnya telah diatur dengan jam kerja kadang kala menyita waktu kita diluar jam kerja. Lembur karena target, lembur deadline dan bahkan meja tamu dirumah berubah menjadi meja kerja. Tak menikmati bintang, sampai suara alunan musik yang kita dengarpun tak mampu kita hafal. Bahkan seringkali kita dinilai dan terlihat sombong, orang dekat, kawan, sahabat semakin menjauh.
Kedewasaan dan pendidikan membuat saya menyadari bahwa manusia itu diciptakan menjadi makhluk yang membutuhkan manusia lain. Tidak berselang lama setelah kesadaran itu tumbuh, tuntutan dari zaman membuat beberapa manusia itu terpaksa menjadi individualis. bahkan dengan keluarga juga kita terlihat seperti seorang yang individualis. Lihat saja mungkin ribuan orang hari ini yang pulang ke rumah, dan menemui anggota keluarga mereka sudah terlelap dalam mimpinya. Tak ada kesempatan untuk sekedar bercerita dan berencana. Belum lagi kita tinggal disuatu lingkungan masyarakat, bagaimana kita mengatur diri dengan kegiatan kemasyarakatan, sibuk memang, mungkin kita tidak penting bagi mereka, tapi mereka akan selalu penting bagi kita. Bagaimana jika ketika saya sedikit lebih memanjangkan rambut atau menumbuhkan kumis, orang-orang yang tinggal hanya selang tiga atau empat rumah dari rumah tinggal saya tak mengenal saya kembali.
Pekerjaan yang pada dasarnya telah diatur dengan jam kerja kadang kala menyita waktu kita diluar jam kerja. Lembur karena target, lembur deadline dan bahkan meja tamu dirumah berubah menjadi meja kerja. Tak menikmati bintang, sampai suara alunan musik yang kita dengarpun tak mampu kita hafal. Bahkan seringkali kita dinilai dan terlihat sombong, orang dekat, kawan, sahabat semakin menjauh.
Kedewasaan dan pendidikan membuat saya menyadari bahwa manusia itu diciptakan menjadi makhluk yang membutuhkan manusia lain. Tidak berselang lama setelah kesadaran itu tumbuh, tuntutan dari zaman membuat beberapa manusia itu terpaksa menjadi individualis. bahkan dengan keluarga juga kita terlihat seperti seorang yang individualis. Lihat saja mungkin ribuan orang hari ini yang pulang ke rumah, dan menemui anggota keluarga mereka sudah terlelap dalam mimpinya. Tak ada kesempatan untuk sekedar bercerita dan berencana. Belum lagi kita tinggal disuatu lingkungan masyarakat, bagaimana kita mengatur diri dengan kegiatan kemasyarakatan, sibuk memang, mungkin kita tidak penting bagi mereka, tapi mereka akan selalu penting bagi kita. Bagaimana jika ketika saya sedikit lebih memanjangkan rambut atau menumbuhkan kumis, orang-orang yang tinggal hanya selang tiga atau empat rumah dari rumah tinggal saya tak mengenal saya kembali.
Kebutuhan akan hidup bukan menutup hati kita, hati kecil kita pasti berfikir dan merenung. Berapa banyak cerita dari lingkungan sekitar yang telah kita lewatkan, berapa banyak kerabat, teman, tetangga yang meminta bantuan kita dan kita mengatakan "sibuk". Mungkin juga banyak manusia yang kita kenal dan kita melewatkan kesempatan untuk berbicara ketika mereka hidup, dan bahkan melewatkan untuk sekedar mengantar ke peristirahatan terakhirnya. Beruntunglah bagi petani dan mereka yang menjadikan diri mereka sebagai makluk sosial yang tidak individualis.
Mungkin saatnya sekarang ini bagi kita untuk menata hidup dan berusaha mengatur waktu. Agar penciptaan kita sebagai makluk sosial dapat kita manfaatkan sebaik mungkin.
0 Response to "Makhluk Sosial Individualis"
Post a Comment
Silahkan berkomentar, dilarang Spam